Translate

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 26 September 2013

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Written By Hafizul Hamdi on 26 Agt 2013 | Senin, Agustus 26, 2013

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim - Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Suhu

Tiap kenaikan suhu 10º C, kecepatan reaksi enzim menjadi dua kali lipat. Hal ini berlaku dalam batas suhu yang wajar. Kenaikan suhu berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik pada molekul substrat dan enzim. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat. Sehingga, pada saat bertubrukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang. Hal ini memudahkan molekul substrat terikat pada sisi aktif enzim. 

Peningkatan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan atom-atom penyusun enzim bergetar sehingga ikatan hidrogen terputus dan enzim terdenaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim dan menyebabkan enzim terlepas dari substratnya. Hal ini, menyebabkan aktivitas enzim menurun, denaturasi bersifat irreversible (tidak dapat balik). Setiap enzim mempunyai suhu optimum, sebagian besar enzim manusia mempunyai suhu optimum 37º C. Sebagian besar enzim tumbuhan mempunyai suhu optimum 25º C.

b. pH (derajat keasaman)

Enzim sangat peka terhadap perubahan derajat keasaman dan kebasaan (pH) lingkungannya. Enzim dapat nonaktif bila berada dalam asam kuat atau basa kuat.

Pada umumnya, enzim intrasel bekerja efektif pada kisaran pH 7,0. Jika pH dinaikkan atau diturunkan di luar pH optimumnya, maka aktivitas enzim akan menurun dengan cepat. Tetapi, ada enzim yang memiliki pH optimum sangat asam, seperti pepsin, dan agak basa, seperti amilase. Pepsin memiliki pH optimum sekitar 2 (sangat asam). Sedangkan, amilase memiliki pH optimum sekitar 7,5 (agak basa).

c. Inhibitor

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Kerja enzim dapat terhalang oleh zat lain. Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Zat penghambat atau inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap. Inhibitor enzim dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.

1) Inhibitor kompetitif

Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi terakhir. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara dan dapat diatasi dengan cara menambah konsentrasi substrat.

2) Inhibitor nonkompetitif

Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga, bentuk enzim berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Hal ini menyebabkan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzim. Penghambatan inhibitor nonkompetitif bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

Selain inhibitor, terdapat juga aktivator yang mempengaruhi kerja enzim. Aktivator merupakan molekul yang mempermudah enzim berikatan dengan substratnya. Contohnya, ion klorida yang berperan dalam aktivitas amilase dalam ludah.

Demikianlah Materi Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim, semoga bermanfaat.

Daur Infeksi dan Reproduksi Virus

Daur Infeksi dan Reproduksi Virus

Written By Hafizul Hamdi on 4 Sep 2013 | Rabu, September 04, 2013

Daur Infeksi dan Reproduksi Virus - Reproduksi virus disebut dengan replikasi. Virus hanya dapat berkembang biak di dalam sel hidup karena di luar sel hidup virus tidak aktif. Virus memanfaatkan kemampuan metabolisme sel inang untuk memperbanyak diri. Sifat infeksi virus tergantung pada jenis virus dan kondisi lingkungan, dibedakan menjadi daur litik dan daur lisogenik.

1. Daur Litik

Pada virus yang melakukan daur litik, infeksi virus diikuti dengan perbanyakan virus yang berlangsung cepat, diakhiri dengan kerusakan atau kematian sel inang. Virus baru yang terbentuk siap untuk menginfeksi sel inang yang lain dan memperbanyak diri.

2. Daur Lisogenik

Jenis virus yang melakukan daur lisogenik infeksinya tidak menyebabkan kematian sel secara langsung. Setelah menginfeksi, materi genetik virus bergabung dengan materi genetik sel inang (virus tidak aktif). Sel inang mungkin tidak menunjukkan gejala terinfeksi virus. Jika sel inang berkembang biak, materi genetik virus akan diwariskan kepada setiap sel yang dihasilkan. Virus yang melakukan daur lisogenik sewaktu-waktu dapat aktif dan melakukan daur litik yang dipicu oleh faktor kimia atau fisika, misalnya karena radiasi ultraviolet. Penelitian lain menunjukkan setelah mengalami daur lisogenik sekitar 100.000 kali, ADN viral secara spontan aktif dan memulai virus litik.

Daur Infeksi dan Reproduksi Virus
Virus tidak dapat berkembang biak dengan pembelahan. Reproduksi pada virus disebut replikasi yaitu pembentukan komponen virus dan perakitannya untuk membuat virus baru. Replikasi dimulai ketika virus masuk ke dalam sel. Pelindung virus dilepaskan oleh enzim dalam sel, dan ARN/ADN virus masuk dan mengadakan kontak dengan ribosom (organela tempat sintesa protein) di dalam sel. Kemudian akan berlangsung sintesis protein yang spesifik sesuai ARN/ADN.

Asam nukleat virus mengganda, dan protein yang diperlukan sebagai pelindung juga dibentuk. Kemudian berlangsung perakitan partikel virus yang baru. Beberapa jenis virus keluar dari dalam sel bersamaan dengan rusaknya sel yang ditumpangi. Virus jenis yang lain dapat keluar dari sel melalui membran tanpa mematikan sel yang ditumpanginya.

Agar lebih jelas, perhatikan tahap-tahap replikasi virus pada daur litik di bawah ini.

a. Tahap adsorbsi, yaitu virus menempel pada permukaan sel inang. Tempat penempelan virus terletak pada bagian yang mengandung protein tertentu yang dapat dikenali oleh reseptor virus.

b. Tahap injeksi, yaitu virus melakukan penetrasi pada membran sel dan masuk ke dalam sitoplasma, atau hanya memasukkan materi genetik ke dalam sel inang dengan kapsid (beserta selubung bila ada) tetap di permukaan sel inang. Pada sel tumbuhan yang mempunyai dinding sel kaku, masuknya virus ke dalam sel inang dilakukan dengan bantuan serangga ketika memakan bagian tumbuhan. Virus hewan juga dapat masuk ke sel inang melalui proses fagositosis. Coba kamu ingat kembali bagaimana proses fagositosis pada sel hewan.

c. Tahap sintesis protein berdasarkan materi genetik dari virus. Setelah masuk di dalam sel inang, materi genetik virus akan mengendalikan segala proses di dalam sel inang. Di sini materi genetik yang dibawa virus digunakan untuk memproduksi protein yang diperlukan oleh virus. Protein yang dihasilkan adalah protein kapsomer dan protein enzim untuk replikasi materi genetik virus.

d. Tahap berikutnya yaitu replikasi (penggandaan) materi genetik virus. Pada tahap ini dihasilkan materi genetik baru yang sama persis dengan materi genetik virus yang menginfeksi. Replikasi dapat berlangsung di dalam sitoplasma maupun di dalam nukleus, tergantung pada jenis virus yang menginfeksi.

e. Tahap pematangan, yaitu perakitan atau penggabungan materi genetik virus dengan kapsid. Masing-masing ADN hasil replikasi masuk ke dalam kapsid, sehingga terbentuk virus baru yang telah utuh. Dalam setiap sel inang dapat terbentuk hingga 100 virus baru.

f. Tahap terakhir adalah tahap litik, yaitu ketika virus keluar dari sel inang, diikuti dengan rusaknya sel inang (lisis). Sekarang juga diketahui bahwa beberapa jenis virus yang lain dapat keluar dari sel melalui membran tanpa mematikan sel yang inangnya.

Daur ini akan berulang, masing-masing virus yang telah meninggalkan sel inang akan mencari sel baru untuk diinfeksi. Bagaimana proses replikasi virus pada daur lisogenik?

Contoh virus yang melakukan daur lisogenik adalah bakteriofag yang disebut virus lambda (λ) yang menginfeksi bakteri Escherichia coli. Daur lisogenik ini ditemukan oleh ahli mikrobiologi Perancis Andre Lwoff pada tahun 1950. Awal proses replikasi virus pada daur lisogenik sama dengan proses pada daur litik. 

Setelah tahap injeksi, ADN virus tidak langsung melakukan sintesis, tetapi ADN virus berintegrasi/bergabung dengan ADN sel inang dan tahap ini disebut tahap penggabungan. ADN bakteri yang berbentuk melingkar (sirkular) mula-mula putus, kemudian ADN virus menggabungkan diri diantaranya. Terbentuklah ADN baru yang mengandung ADN bakteri dan ADN virus. ADN virus ini tidak aktif, sehingga bakteri tetap dapat tumbuh secara normal. Bakteri yang mengandung fage yang tidak aktif ini disebut profage.

Setelah tahap penggabungan diikuti tahap pembelahan. Ketika sel inang membelah diri maka ADN virus akan diturunkan pada sel anak yang dihasilkan. Dengan demikian terbentuk dua sel bakteri yang mengandung ADN virus yang identik. Demikian seterusnya, setiap bakteri yang terinfeksi membelah diri, maka pada setiap sel yang dihasilkan akan mengandung materi genetik virus.

Karena sesuatu hal, misalnya terkena radiasi sinar ultraviolet, profage akan aktif, memisahkan diri dari ADN bakteri, dan memulai daur litik yaitu menggandakan diri dan membajak ADN bakteri untuk membangun protein dan melakukan perakitan untuk membentuk virus baru.

Demikianlah materi Daur Infeksi dan Reproduksi Virus


selamat datang di Blog kami. Blog ini merupakan blog pertama yang kami buat sebagai latihan pengembangan diri SMAN 3 LAU MAROS